Friday, August 27, 2010

CATATAN PERJALANAN : RINJANI ( 4 )

NGOS NGOSAN di 7 BUKIT PENYESALAN


Jum'at, 16 Juli 2010



Matahari pagi ini bersinar dengan cerahnya, satu persatu anggota bangun pagi. Di sini, di pos 3 ini mulai terasa dinginnya. 2 tenda kami tidak sendirian di pos ini, ada 1 tenda lagi disamping shelter pos 3 yaitu tenda yang dihuni rombongan kawan kawan asli Lombok, mereka mendaki Rinjani bukan untuk ke puncak melainkan berniat untuk memancing di Segara Anakan. Kata mereka, ini adalah kebiasaan mereka mendaki Rinjani tuk memancing dan serasa berlibur di Segara Anakan melalui jalur Sembalun ke Senaru. Di pos 3 ini adalah pos favorit untuk buat berkemah semalam sebelum melanjutkan perjalanan esok harinya yaitu melintasi 7 Bukit Penyesalan. Disini juga kami banyak bertemu dengan para pendaki macanegara yang memanfaatkan jasa porter dan juga guide, mereka biasanya menggandeng biro-biro perjalanan wisata atau jasa Rinjani tracking yang mudah dijumpai di bandara atau di Gili Trawangan dan Senggigi serta juga Lombok. Taripnya bervariasi, tapi setau saya untuk guide atau porter bisa mencapai 100ribu untuk pendaki lokal perhari, bisa disewa saat naik saja atau sampai selesai pendakian dari berbagai jalur. Bisa lewat Sembalun-Senaru, Sembalun turun Sembalun dan juga Senaru turun Senaru.

Di pos ini banyak juga ditemukan monyet-monyet gunung yang berkeliaran, mereka biasanya berkeliaran untuk mencari sisa makanan. Kadang badung juga tuh monyet, bisa mencakar tenda atau peralatan pendakian lainnya. Tapi dengan hanya sekali ayunan tangan dan teriakan, monyet akan menjauh walau akhirnya kan balik juga.


Setelah toast dan berdoa bersama, pukul 09.30 perjalanan kami lanjutkan. Perjalanan ini akan melewati bukit yang disebut Tujuh Bukit Penyesalan. Kenapa dinamakan tujuh bukit penyesalan? Karena selama perjalanan akan ditemukan kondisi sabana yang kering, gersang, panas dan berdebu, hanya menyisakan track yang banyak menanjaknya dengan sedkit sekali bonusnya. Tak ada ditemukan pos sebelum pos terakhir menuju puncak, yaitu Pos Plawangan Sembalun dengan ketinggian kurang lebih 2.639 mdpl dan juga tidak ada mata air sepanjang perjalanan ini. Matahari masih bersinar dengan cerahnya dan cenderung panas sehingga menguras stamina serta benar-benar menguji mental kami. Tapi kami sangat menikmati perjalanan ini dikarenakan indahnya pemandangan bukit-bukit yang konon ada sebutan lain yaitu jika kita melalui bukit ini kita akan menyesal dan jika akan kembali kita juga akan menyesal juga heheh itu sangat menawan bak lukisan alam. Semakin ke atas, mulai banyak ditemukan tanaman-tanaman cemara sehingga panas terik matahari agak sedikit terlindungi, walaupun taburan tabir surya udah melndungi kulitku untuk sementara saja.


Disini kami jalan beriringan, walau kadang saya berjalan dengan langkah kaki agak cepat meninggalkan rekan-rekan dibelakang. Jalur yang cukup jelas dan cuaca yang mendukung membuatku berani tuk jalan sendirian di depan walau akhirnya tetep berbarengan juga. Bercengkerama dan bersendau gurau, kadang ngobrol masalah serius serta berbagi minuman, rokok banyak kami lewatkan untuk mengurai rasa jenuh ini dan untuk mempererat pertemanan antara kami, maklumlah kami baru saling kenal saat ketemu pertama di Lombok. Banyak-banyak mengatur nafas, minum dan juga makan snack penambah tenaga, itu yang kami lakukan agar tetap konsentrasi terjaga. Di sini pun saya juga membuka cocktail buah yang aku bawa dari Jakarta, ini pendakian gunung pertama saya membawa minuman buah dalam kaleng. Di perjalanan ini kami juga berpapasan dengan pendaki lain terutama bule karena bulan Juli udah masuk bulan summer holiday. Nampak juga seorang bule kecil lucu dan berambut pirang digendong pemandunya karena kelelahan menuruni tujuh Bukit Penyesalan ini, setelah naik dari pintu Senaru untuk menuruni Sembalun.



Detik demi detik, menit berlalu dan matahari mulai meninggi serta jarum jam pun terus berputar akhirnya kami mendekai Plawangan Sembalun. Sekitar 500 meter dari Plawangan Sembalun, view disini udah mulai terbuka, kita bisa melihat ke sekeliling dengan jelas walaupun kabut tipis maupun kabut tebal kadang turun. Kalo memandang kebawah ke arah naek tadi, bisa melihat betapa panjangnya jalur 7 Bukit Penyesalan ini sedangkan kalo berbalik ke kiri dan memandang ke atas akan terlihat Plawangan Sembalun dan semakin keatas akan terlihat jalur kaldera menuju puncak Rinjani. Sedangkan kalo langsung memandang ke atas jika tidak terhalang kabut akan terlihat danau Segara Anakan yang sangat fenomenal dengan anak gunung Barujari di tengah-tengahnya.



Di Pos ini sangat indah viewnya. Sama seperti saat di seputaran 500meter menjelang puncak disini akan semakin terlihat jelas jalur Kaldera yang gersang dan tandus serta panas yang membawa ke puncak rinjani 3726mdpl. Sedangkan bila melihat ke bawah, tampak danau Segara Anakan dan Gn. Baru Jari 2.376 mdpl jikalau tidak ada kabut tebal yang menyelimutinya. Diujung sana tampak puncak gunung Agung 3.142 mdpl. Serta kilauan sunset kala sang surya mulai terbenam dan menandakan hari mulai malam.

Sekitar Pukul 03.30 kami pun sampai di Plawangan ini, disini udah banyak tenda tenda yang telah dipasang. Baek di salah satu cerukan atau yang dekat dengan pepohonan agak bawah. Kami pun memilih agak atasan dikit tepat di bawah satu pohon cemara dan diatas satu cerukan yang merupakan tempat favorit tuk mendirikan tenda karena terhindar dari terpaan angin. Setelah membersihkan tempatnya, cek ke dahan yang ada diatas kepala dan dipastikan tidak ada dahan yang lapuk, 2 tenda kamipun berdiri membelakangi puncak Rinjani karena angin datang dari atas puncak. Satu flysheet juga terbentang. Angin di Plawangan sangat kencang berhembus, perlu pasak yang kuat tuk menanam tenda ini dan flysheet claw putihku pun sempat terlepas untungnya tidak ikut terbang. Suasana mirip pasar kaget di pos ini karena inilah tempat untuk beristirahat dan persiapan mendaki puncak Rinjani di malam nanti. Para pendaki lokal, pendaki mancanegara lengkap dengan pemandu dan juru masak merangkap portet tumplek blek disini. Dan bisa saling tegur sapa. Saya sempet menyapa pandaki asal Prancis yang bernama Mr. Raphael dan dia mengatakan bahwa “This is first time to Rinjani and very amazing, and it’s very nice at Segara Anakan lake.” Owh, rupanya dia mendaki dari jalur berbeda dengan kami, mereka melewati Senaru dan turun ke Sembalun. Saya sangat senang mendengarnya karena memang negeri ini konon indah dimata para pendatang/turis walau kurasa terlalu mahal tuk menjelajahinya. Dia juga mengatakan akan ke Gili Trawangan setelah pendakian ini. Biasanya memang tuk tracking Rinjani digabung dengan snorkeling/menyelam di Gili Trawangan.


Menjelang sore semakin ramai aktivitas di Plawangan ini, akan tetapi kabut tebal masih menyelimuti. Di ufuk barat matahari mulai terbenam, tanpa rasa diperintah banyak pendaki yang mengeluarkan kameranya dari berbagai macam model dan merk tuk membidik ke arah barat tuk mengabadikan sunsetnya. Dua filter pun kukekeluarkan tuk jadi pasangan kamera canon 400d lengkap dengan lensa 17 – 70 tuk mengabadaikan ini. Sayang kabut tebal masih menyelimutinya, sehingga saya yang tukang poto pemula ini kurang maksimal pengambilan potonya. Ada waktu sedikit ketika kabut mulai tersibak dan danau Segara Anakan mulai terlihat walaupun lagi-lagi kabut datang pergi dan berlalu cepat.

Akhirnya malam pun tiba, kami kembali ke tenda tuk makan dan beristirahat karena jam 2 pagi, akan mendaki untuk Rinjani summit attack. Sebelum istirahat kupersiapkan kameraku dan drybag serta tripod dan sedikit logistik, saya mencari satu baterai cadangan dan satu memori cadanganku, seluruh tasku ku geledah dan akhirnya kutakmenemukannya. DAMN...ternyata saya juga kehilangan satu memori dan satu batrai cadangan (malah yang original canon), ingatanku melayang, mungkin 2 barang ituh hilang saat pindah taksi di Jakarta kemarin. Dengan mengambil napas panjang kuberharap tidak kehabisan space frame di memoriku dan sisa tenaga batere yang tinggal 2 strip.

1 comment: