Friday, March 30, 2012

A LITTLE STORY ABOUT TUK TUK DRIVER IN PHNOM PENH CAMBODIA

Mr Sam, he is an indigenous khmer from Cambodia. He is a tuk tuk driver. What is Tuk tuk? Tuk tuk is an urban transport in Cambodia, you can also find it in another country Indochina like Vietnam, Laos. Tuk tuk in Cambodia is a motorcycle with a cabin attached to the rear. This arrangement can carry 4 people at ease, with their luggage in the leg space. There is the front end of a motorcycle consisting of steering, tank and engine with a covered tray mounted at the back. The power is transferred by chain to an axle mounted to the modified rear fork which drives the two rear wheels. Suspended upon the rear fork is an open cabin with an in-line seat on each side.

Mr Sam, 33 years old. One of many tuk tuk driver in Phnom Penh. You can find him at Sunway Hotel in St 92 near Wat Phnom. His tuk tuk in black colour with 3 stripes like some sports apparael brand from Germany Adidas. Yes right, Adidas contract him 10USD every month and his tuk tuk colored by Adidas company. So in the right, left and also in the back side his tuk tuk, there is Adidas symbol attached, his name ( SAM ) and his number ( number 01 ). And in the white chairs with 3 black stripes. How about his clothes? His polo shirt and his cap also suported by Adidas.

So, not only lionel messi sponsoired by Adidas. But also tuk tuk driver in Pnomp Penh like Mr sam sponsored also by Adidas. haha

On Saturday March 24th, 2012. I visited Phnom Penh and I used Mr sam tuk tuk to around Phnom Penh city. He offered rates 25USD to one day city tour. But not to worry, you can bargained it. In my city trip I bid for 15USD to around city and just visited Killing fields and Silver pagoda. He agreed with this rates. So, he bring me to around Phnom Penh City.

Just sit down in his tuk tuk and enjoy your trip :)

Friday, March 23, 2012

2 hari di Siam reap

baru kemarin mendarat di siam reap, dan gue rasa kota ini adalah kota yang sangat sangat sangat PUANASSSSSSSSSs.very very HOT,
( jan tobat tenanh )

Thursday, March 15, 2012

MENGGAPAI ATAP SUMATERA ( GUNUNG KERINCI 3805 MDPL )




RACUN DARI KAWAN

Pagi itu, di awal di bulan Desember 2011, Yahoo Messenger ku berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Terlihat jelas dari nama Ned_aikikai alias Andhika akbar eksponen MEPA dilayar monitorku :

“ Kerinci gan, bulan ini”

“ yang bener gan, kapan?”

“pertengahan bulan, ada promo beli satu dapat satu, dari sriwijaya air, kita ambil cuti 3 hari trus lanjut ke sabtu minggu, kita naek kerinci dan gunung danau tujuh”

“oke bos, liat nanti ya, gue cek cuti gue”

“kalo elu gakbisa, gue tetep berangkat sendiri karena udah cuti dan udah niat”

Setelah YMan ama kawan gue, gue terus telepon HRD, “Mas, cutiku masih ada berapa hari?” tanyaku diujung telepon, “sebentar mas, saya cek dulu.” Sahut si HRD ( mungkin dia lagi ngecek di komputernya hehe..), masih ada 3 hari mas” sambung dia. “ O, masih ada ya,harus dipake tahun ini? Atau bisa diduitin? “ tanyaku basa basi.” Gakbisa mas, harus dihabiskan bulan ini kalo tidak akan hangus dan tidak bisa diakumulasi tahun depan.

YES,YES YES, hati gue gembira ,bak seorang anak kecil yang mendapat mainan baru, langsung gue isi form cuti dan hari itu juga gue naikkan ke atasan gue. Sekarang yang gue siapkan untuk urusan kantor ini adalah menyelesaikan kerjaan yang masih ada sebelum gue tinggal pergi nanti. Sedang untuk persiapan pendakia, gue hanya jogging dan futsal selonggarnya waktu ( maklum , Cuma kuli ..)

Setelah pasti dapat cuti dan langsung gue habiskan 3 hari juga ( 14,15,16 desember 2011 ). Sekarang waktunya nyari tiket, promo yang ditawarkan dari Sriwijaya Air beli satu dapat satu ternyata banyak syarat dan ketentuannya yang berlaku. Sementara andhika sudah dapat tiketnya untuk keberangkatan hari Rabu,14 desember 2011 tengah siang. Saat mendekati hari H, andhika mengirim satu sms”mas,aku hari rabu pelantikan CPNS jadi aku berangkat kamis,tiket akan aku ubah” “oke”balas smsku.

Membaca smsnya, akhirnya H-3 saya udah mendapatkan 1 lembar tiket bolak balik tapi gue tidak jadi berangkat hari rabu, gue undur juga di hari kamis dan pulang di hari minggu. Jadi hari rabu, harusnya gue cuti, tapi gue masih kerja hehe

BERANGKAT KE SUMATERA

Kamis ( 15/12/2011 ); pagi pagi gue udah tinggalkan kost, setelah sarapan di abah kost gue pamitan dan menuju ke pasar minggu. Dari pasar minggu bus damri berangkat jam 10.00 pagi, tapi Alamak! hari itu Jalan Raya Rasar Minggu macet sekali dan bahkan dibilang padat merayap yang membuat gue pamer p*nis ( padat merayap pengin nangis ). Sementara pesawat berangkat jam 12.30 dan gue harus chek in sebelum jam 11.45. Rasa galau dan gundah gue mulai datang, tanpa pikir panjang gue turun dari bus ini saat di Duren Tiga, gue ganti moda lain yaitu ojeg, ya.. hanya ojeg yang mampu menembus kemacetan Jakarta. Gue turun di dekat pintu tol Pancoran dan sekitar 5 menit, gue dapat taksi dan langsung melaju ke Bandara Soekarno Hatta menuju terminal 1b keberangkatan domestik Sumatera. Sampai disana bro Andhika sudah menunggu dan pas waktu akhirnya gue bisa check in, total bawaanku kemarin mencapai sekitar 9 kg, saat ditimbang dan masuk bagasi. Ah lega..selang beberapa menit, pesawat lepas landas dan meninggalkan udara Jakarta, menembus batas Banten dan mengangkasa diatas selat Sunda serta membelah langit Sumatera untuk tujuan kota Padang.

Catatan : Kalo anda mau ke Bandara Soekarno Hatta, usahakan jangan naek dari Pasar Minggu di siang hari, karena kemcacetan disana sangat parah.

Pesawat berwarna putih dengan corak logo merah dan biru yang namanya mengingatkan kepada salah satu kerajaan di Sumatera, mendarat mulus di landasan pacu Bandara International Minangkabau padang. Keramahan suku Minang mulai terasa dan logat melayu yang kental dari awak pesawat, para sopir taksi ataupun travel serta pelayan restoran menyambut kedatangan kami. Untuk menuju ke kota padang, kami memilih angkutan damri dengan imbalan sebesar 18000IDR. Setelah penuh, damri pun meninggalkan bandara dan menuju kota Padang. Selang sekitar 30 menit kamipun samapi di travel Ayu, tepatnya di Jln S Parman dekat dengan DPRD kota Padang dan Mall Basko. Dari situ kami akan melanjutkan perjalanan ke kersik tuo.

Di kota Padang ini, jarang ditemui bus antar kota. Untuk menghubungkan dari satu kota ke kota lain biasanya memakai jasa travel. Dari Padang ke Kersik tuo bisa menggunakan travel yang menuju Sungai Penuh Jambi di pagi hari atau di malam hari. Kalo malam hari jam 7 malam udah brangkat meninggalkan padang. Ada beberapa alternatif mobil seperti Avanza, Xenia atau mobil engkel sejenis ELF yang besar. Kami menggunakan ELF dengan ongkos 70ribu perorang. Jam 7 pun ELF meninggalkan kota Padang menembus jalanan Sumatera yang berkelok kelok menuju Kersik tuo, Kerinci. Sekitar jam 2 malam, mobil sudah nyampai di basecamp pendaki pak Paiman di pinggir jalan raya Kersik Tuo – Sungai Penuh. Masih beruntung malam itu, ketika kami ketok pintu, ibu Iman masih terjaga dan membuka pintu, mempersilahkan kita masuk tetapi semua kamar sudah penuh dan kamipun merebahkan badan di sofa empuk ruang tamu beliau hingga terlelap sampai pagi menjelang. Di sekitar Kersik Tuo tugu macan,memang cukup banyak penginapan/guest house tapi yang terkenal hanya rumah almarhum pak Paiman, seorang transmigran dari jawa dan lama menetap di jambi ( Kersik Tuo ) bertani dan berkebun teh. Base camp ini sangat terkenal di Indonesia dan dunia, bahkan buku petunjuk travelling International seperti lonely planet pun merekomendasikannya juga.

MENDAKI KERINCI

Jumat, 16 desember 2011 pagi aktivitas di base camp mulai menggeliat, para penyewa kamar sudah terbangun termasuk tuan rumah. Kamipun bergegas juga, setelah mandi sarapan dan packing ulang, kami pamitan untuk mendaki kerinci. Sebelum berangkat kami berpose berpoto dulu di depan tugu macan, sebuah tugu yang menjadi penanda pintu masuk kerinci di Kersik Tuo. Trus berjalan kaki menyusuri aspal jalanan dengan kebun teh dikanan kirinya, beruntung dapet tumpangan pick up sampai pertigaan dan lanjut jalan kaki lagi ke pintu rimba R10. Dari pintu rimba, perjalanan mulai memasuki hutan yang cukup lebat dengan jalan setapak. Cuaca pagi itu cukup bersahabat, matahari bersinar terang, sinarnya menembus di sela sela dedaunan, dengan beban sekitar 10 kg di pundakku aku terus menerobos lebatnya hutan Kerinci. Dan disini masih ada harimau sumatera yang melegenda itu, dan dijadikan lambang TNKS dengan kepala macan di lambangnya.

Tujuan kami semula adalah shelter 3. Shelter 3 ini sudah di ketinggian 3000mdpl. Sebelum mencapai shelter 3, kami harus melewati pos 1 kemudian pos 2 terus pos 3 baru shelter 1. Di shelter 1 ini terdapat semacam pos/tempat yang cukup permanen untuk berlindung atau membuka tenda. Dari shelter 1 perjalanan langsung berlanjut ke shelter 2.


Kurang lebih jam 02.30an siang kami nyampai di shelter 2. Setelah sampai di shelter 2, kami berubah pikiran, karena berbagai pertimbangan, antara lain jika di shelter 3 medannya sangat terbuka, jadi resiko angin kencang ataupun badai akan mencumbui kita serta shelter 2 ke shelter 3 perjalanan cukup berat apalagi ditambah dengan memanggul ransel. Cukup luas tempat di shelter 2 ini, bisa 4 sampai 5 tenda dan tempatnya tertutup sehingga angin tidak langsung menerpa langsung serta di shelter 2 ini ada bekas pos juga walau hanya tinggal tiangnya saja.

Tenda Mountain Hard Wear Drifter 2 seri Ultralight bro Andhika berdiri kokoh di samping tiang bekas pos di shelter ini, dipojokan terlindung dari angin karena disamping dan dibelakang ada tanah tinggi. Di deket situ ada sebuah palstik penampungan air yang tampaknya sengaja ditinggal para pendaki untuk menampung air hujan, saya sempet ambil airnya, cukup bersih juga. Lumayan untuk bekal jika airnya habis hehehe. Setelah tenda berdiri, saatnya makan dengan nasi bungkus yang dibawa dari bawah, memasak air untuk ngopi dan beristirahat merebahkan badan. Bekal yang kami bawa tidak terlalu banyak karena rencananya hanya 2 hari satu malam di kerinci. Hujan gerimis sempat mengucur dari langit walau sebentar atau cuman awan hitam yang tertiup angin sehingga meneteskan air hujan. Di malam hari udara cukup dingin dan angin cukup kencang, tapi cuaca malam itu bagus, tidak ada hujan.

MENUJU PUNCAK KERINCI

Sabtu, 17 Desember 2011 pagi pagi buta kami bangun, bersiap siap untuk mendaki puncak sumatera, puncak gunung api tertinggi di Indonesia, puncak kedua tertinggi di Indonesia setelah Cartenz. Sekitar jam 4 pagi, kami tinggalkan tenda, hanya berbekal senter, jaket tebal, ponco yang dimasukan kedalam daypack beserta kamera, dan air serta makana ringan. Perjalanan terlebih dahulu menuju ke shelter 3. Benar apa yang telah diprediksi, jalanan ke shelter 3 cukup berat, bahkan ada satu jalan yang amat kedalam, licin dan harus merentangkan kaki diantara dinding2nya. Sementara cuaca cukup cerah, tanpa hujan dan berkabut – sesuatu yang khas dijumpai di pegunungan-. Sampai di shelter 3 pukul 05.12, disini emang terlihat shelter ini sangat terbuka medannya dengan ketinggian yang sudah mencapai 3000Mdpl. Setelah melewati shelter ini, keatas akan melewati batas vegetasi dan berganti dengan medan yang terjal tanpa sebatang pohon pun dengan batu batu besar, kecil dan ukuran sedang yang berserakan. Tingkat kemiringan yang cukup ekstrim harus diwaspadai, karena kalau terpeleset bisa terperosok ke dalam jurang yang ada di kanan kiri jalan, banyak juga batu yang sengaja disusun bertumpuk untuk sebagai tanda agar tidak tersesat saat pulang nanti. Kerikil tajam dan batu batu tajam banyak dijumpai disini. Hari itu tidak ada pendaki yang lain yang mendaki kerinci, saat kami naek, kami berjumpa dengan 2 pendaki laki laki dan perempuan dari Czech Republic, mereka sedang perjalanan turun.

Cuaca saat itu berkabut tebal, dingin menusuk tulang, matahari mulai malu malu mucul ke langit tapi sunrise tidak terekam dengan baek karena cuaca yang mendung dan berkabut. Setelah mencapai puncak bayangan, perjalanan makin terjal, diperlukan ektra hati hati karena kalo jatuh batu batu siap melukai kaki dan lutut. Di tengah perjalanan, ada satu tulisan yang terbaca “tugu Yudha” sebuah tugu yang memang diperuntukkan untuk mengingat mendiang pendaki Yudha Sanjaya , pendaki yang hilang di perjalanan menuju puncak ke Kerinci. Selamat jalan bro Yudha..

Semakin mendekati puncak, kabut semakin pekat. Saya mulai kawatir, kawatir jika cuaca terus memburuk dan juga pastinya tidak akan dapat menikmati keindahan puncak Kerinci. Bau asap belerang yang menusuk hidung, memaksaku untuk mengenakan slayer menutupi wajah, andhika juga terus berjalan tertatih dibelakang. Sebentar sebentar kami istirahat, mengatur nafas dan juga ehm poto poto hehe... Sekitar pukul 7 pagi, sampailah kami di puncak Kerinci.Allahu akbar, akhirnya sampailah kami dua pendaki GALAU ini mencapai puncak Andalas, rasa haru menyelimuti karena beratnya perjuangan menuju puncak ini. Tapi kembali lagi, kabut pun tidak hilang hilang dan malah cenderung tebal, kami tidak bisa melihat keindahan kawah kerinci, kawah legendaris yang selalu menumpahkan asap dan merupakan salah satu kawah yang masih aktif di Indonesia. Pemandangan di sekitarpun juga tidak terlihat jelas. Hanya beberapa menit kami di puncak, setelah mengambil beberapa gambar. Sempat saya mencoba untuk menggunakan self timer untuk mengambil poto kami berdua, akan tetapi tanah di sekitar puncak kemiringannya mencapai 45derajat dan angin berhembus kencang, bisa bisa kamera jadul saya jatuh.

Gak berlama lama kami di puncak, kami segera turun. Perjalanan turun harus juga dilakukan dengan hati hati, kalo tepeleset bisa meluncur sampai bawah. Sama seperti saat Andhika meletakkan tas ransel kecilnya, yang jatuh akibat tanah miring dan angin yang menghempaskannnya, untung saja tas tersebut tidak jatuh di jurang, masih nyangkut di batu. Sampai puncak banyangan, mataharipun berani keluar dan menyibak awan hitam di langit dan perlahan lahan kabut tebal mulai berkurang langit biru dan awan putihpun terlihat dengan indahnya, sebuah kombinasi yang sempurna. Disini mulai terlihat pemandangan luar biasa kerinci, karena sudah terbuka semua dan tidak tertutup kabut. Melempar pandangan ke kiri, terlihat kecil Gunung Danau Tujuh di jauh sana.

Sampai di shelter 3, istirahat sebentar terus makan. Dan satu catatan unik pendakian ini adalah pendakian tanpa mie instant alias tidak makan mie instant selama pendakian hehe. Setelah packing rapi, kami bergegas turun, karena juga dikejar waktu dan cuaca yang mulai mendung lagi. Tapi belum sampai di pos pintu rimba R10, hujan pun mendahului kami di perjalanan. Berbekal ponco , kami terus berjalan menerobos hujan yang mengguyur bumi kerinci. Sampai akhirnya kami nyampai di pos rimba R10. Badan sudah basah kuyup, sepatu saya pun juga udah tidak berwarna cokelat tetapi bercampur hitam pekat akibat tanah yang basah dan becek hehe.. Sampai di perkebunan teh, kami coba menumpang kendaraan yang akan turun sambil berjalan pelan, akan tetapi tidak ada satupun kendaraan yang turun. Ada satu truk besar yang lewat, dan gue hentikan untuk menumpang, tapi sayang baknya tidak terbuka dan tertutup terpal, tapi gue nekad karena dengkul gue udah menangis nangis dan gue numpang di depan serta dengan terpaksa gue tinggalkan Andhika yang berjalan sendirian. Sorry loh mas bro hehe. Sampai di tugu macan, gue beli 2 buah minuman isotonik dan selang kemudian Andhika sudah nyampe, trus kami merapat ke base camp pak paiman lengkap dengan ponco yang masih terpakai karena hujan masih mengakrabi bumi kerinci ini.

Alhamdulillah, atap sumatera telah kami capai walau banyak kekurangannya. Terimakasih Ya ALLAH.