Thursday, December 23, 2010

Kunjungan singkat : Kinabalu ( hari pertama )

Pesawat Airasia mendarat mulus di bandara Kota Kinabalu International Airport terminal 2. Walaupun cuaca agak mendung dan di perjalanan mengalami cuaca yang agak buruk. Penerbangan ke kota Kinabalu ditempuh dalam waktu 2 jam 30 menit dari Jakarta (Bandara International Soekarno Hatta), dan penerbangan Airasia dari Jakarta - Kota Kinabalu setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Alhamdulillah, saya termasuk yang beruntung mendapatkan promo super murah Airasia. Pada tanggal 10 Oktober 2010 kemarin atau lebih dikenal dengan sebutan 101010, saya bisa mendapatkan tiket murah untuk Jakarta - Kinabalu PP 125000 keberangkatan Kamis tanggal 18 dan pulang tanggal 20 November 2010.

Penerbangan kali ini agak sepi dari penumpang, terlihat dari banyaknya kursi kosong dibelakang saya, saya sendiri duduk di nomor bangku 22. Setelah lepas landas dari Jakarta (CGK) pukul 04.35 WIB sore, sampailah ke Kota Kinabalu (BKI) pukul 08.15 malam waktu setempat. Begitu nyampe, entri di petugas imigrasi dan "jedug..jedug" cap pendaratan tertoreh di paspor baruku." berapa lama Pak" tanya petugas imigrasi." 3 hari Pak" jawabku. Setelah itu aku mengambil segepok brosur Kota Kinabalu termasuk peta yang bisa didapat gratis disana.

Setelah itu, saya berniat untuk mencari hostel tempat bermalam, teringat satu booking hostel yang dikasih oleh seorang ibu muda yang duduk disebelahku saat penerbangan tadi. Aku amati di peta, jaraknya pun tidak terlalu jauh dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Akan tetapi, setelah saya mau mencoba keluar komplek terminal yang cukup kecil ini, hujan deraspun melanda kota ini. Akhirnya kuputuskan untuk menginap di bandara saja. Setelah makan malam di restoran cepat saji di lantai dua, kurebahkan badanku di selonjor bangku di lantai 2 terminal ini. Sebuah buku autobiografi Norman Edwin yang sengaja aku bawa dari Jakarta menemaniku malam ini, susah untuk memejamkan mata karena pikiranku melayang ke Jakarta, teringat sosok gadis manis berambut panjang yang melepas kepergianku via telepon " hati2 Ry, gue otomatis kan kangen kamu"..iya, "aku kangen kamu juga, aku kan baik baik saja kok."

Dan akhirnya mata ini terpejam juga, hari pertama di Kinabalu kulewatkan dengan tidur di bandara.zzzzz....

Tuesday, November 16, 2010

CATATAN PERJALANAN : RINJANI ( 6 / HABIS )

Turun ke Danau

Sabtu,17 Juli 2010. Di Plawangan ini, aku dan Yudha memutuskan untuk langsung melanjutkan perjalanan turun lewat jalur Senaru dan untuk mendirikan tenda di danau. Sedangkan Man, Imam dan Bang Fian masih berencana untuk ke puncak esok hari. Dan Jamal yang memang satu rombongan dengan Imam memutuskan untuk ngecamp di Plawangan. Imam dan Iman berdiskusi serius dalam perjalanan ini, mengingat tiket pesawat mereka yang udah siap dari bandara Ngurah Rai Bali dan kalau toh mereka menginap dan mencoba naek ke puncak lagi dengan resiko mereka akan turun kembali lewat jalur Sembalun. Setelah memanfaatkan istirahat sebentar, sholat, makan dan mengambil air yang tidak jauh letaknya di pos Plawangan ini, saya dan Yudha berpamitan dengan rombongan untuk meninggalkan Plawangan dan menuju ke danau Segara Anakan.

Pukul 03.00 saya dan Yudha pergi turun dan di Plawangan ini hanya tersisa satu tenda rombongan kami dan satu dua tenda yang masih ngecamp disini. Perjalanan turun ini cukup terjal dengan batu batu besar yang ditemui di sepanjang perjalanan. Jalur yang jelas membuat kami ingin segera sampai ke danau mengingat matahari yang mulai tenggelam dan kabut tipis pun mulai turun. Danau Segara Anakan, yang terletak di ketinggian kurang lebih 2.000 mdpl, menjadi suata tanda pengingat bahwasanya “tidak ada sesuatu yang berharga yang dapat ditempuh dengan mudah, dan begitu pula sebaliknya tak ada yang datang dengan mudah untuk sesuatu yang berharga".

Pukul 05.50 sore sampailah kami ke danau Segara Anakan, sebuah danau yang luas dan indah yang merupakan ciri khas gunung Rinjani yang melegenda dan terkenal ke penjuru dunia dengan satu gunung Barujari di tengahnya yang masih aktif dan mengeluarkan asap. Langsung kami mendirikan tenda tepat di samping danau dan sudah banyak tenda tenda di sekitar kami yang ikut ngecamp disini. Banyak dari mereka penduduk lokal yang sengaja untuk memancing ikan di danau ini, mereka bisa menghabiskan waktu seminggu disini. Kamipun segera mendirikan tenda disini tepat di samping danau dan didepan kami gunung barujari kokoh berdiri.

Setelah tenda berdiri, Yudha mencoba untuk mancing yang telah dipersiapkan dari Jakarta. Kami bertemu dengan rombongan pribumi Sasak yang waktu pendakian bertemu di pos 3 dan mereka emang berniat untuk mancing disini menghabiskan waktu. Saya pun juga mencoba untuk memancing ikan, tapi memang cukup sulit dan harus bersabar untuk mendapatkan ikan. Akhirnya bro Bogas anak Lombok asli datang ke tenda kami dengan segepok ikan ditangan “Nih Mas, buat lauk, kalo ada apa apa mampir aja ke tenda kami." “Makasih, Mas.” sahutku. Dan makan malam kali ini dengan menu special, ikan goreng ala gue... kekeke.... Setelah makan, kami pun tidur pulas.


PULANG LEWAT SENARU
Setelah makan siang dan tepat di siang bolong, tepatnya pukul 13.00 kamipun memutuskan untuk meninggalkan danau dan kembali turun lewat jalur Senaru. Dari danau, kami mesti berputar mengelilingi danau dan terus naek lagi. Jalan naik kali ini tidak selandai jalur Sembalun. Batu-batu besar menghadang kami, berikutnya tebing-tebing besar menghajar. Di beberapa tanjakan, kami harus scrambling. Jalur Senaru ini bisa dibilang adalah harus menuntut ekstra hati hati karena jikalau terpeleset bisa fatal akibatnya, bisa luka-luka atau patah tulang dan konon bisa merenggut nyawa seperti yang dialami turis asal Italy yang tewas karena kepleset di jalur ini. Tapi dari jalur ini semua rasa capek dan kewaspadaan akan terbayar lunas dengan keindahan danau Segara Anakan dengan latar belakang gunung Rinjani tertutup awan dan di tengah tengah danau menjulang gunung Barujari yang semakin lama semakin besar saja.










Pukul 03.00 siang kami nyampai di Plawangan Senaru, disini biasanya banyak di gunakan untuk tempat ngecamp dan juga bermalam walaupun angin disini sangat kencang karena medan yang sangat terbuka, tapi panorama disini sangat indah sekali. Dari Plawangan Senaru kami melanjutkan turun ke pos III yang berketinggian sekitar 2000mdpl perjalanan menempuh sekitar 2 jam dari Plawangan ke pos III (pos mondokan malokak). Hari mulai gelap, jam 06.00 perjalanan dilanjutkan menuju pos 2 (montong satas) melewati jalan setapak dengan keadaan medan yang licin dan berdebu serta hamparan savana yang luas. Jam 07.30 kamipun nyampai di pos II yang berketinggian 1500mdpl. Tanpa istirahat kami pun langsung melanjutkan perjalanan ke bawah, karena kondisi yang mulai kecapekan dan rasa ingin cepat sampai ke bawah pula. Pukul 08.15 tibalah kita di pos extra di ketinggian 1165 mdpl. Disini kami bertemu dengan serombongan pendaki dari Mataram yang sedang pendidikan, dan kami pun kenalan dengan Bang Dedy salah satu senior di rombongan ini, dia juga sering ke Jakarta untuk belanja barang dan maen-maen. Dari pos extra kami lanjutkan perjalanan ke pos I yang berketinggian 915mdpl yang memakan waktu kurang lebih 35 menit. Sejenak menghela napas, perjalanan kami lanjutkan pukul 09.45, tepat pukul 10.02 kami pun tiba di pintu Senaru yang ketinggiannya 720mdpl. Sampai disini kami beristirahat dan tidur di luar warung makan punya bu (lupa namanya) untuk menanti hari esok.

EUREKA..akhirnya saya bisa menyelesaikan perjalanan ke Gunung Rinjani ini, dengan segala kekurangannya, tetapi alhamdulillah, saya masih bisa menyelesaikan cita cita yang tertunda. Terimakasih ya Allah SWT.

Dengan segala kerendahan hati kuucapkan terimakasih kepada :

ALLAH SWT, untuk segalanya
Bapak, Ibu, adik dan keluargaku, akan pengertian dan support atas diriku selama ini.
Yudha, Imam, Iman, Jamal. Bang Fian kawan seperjuangan Rinjani.
Sobat sobat GEMA ALAM Mataram Lombok, Insya Allah aku kan mampir jika sempet ke Lombok lagi.
kawan kawan MEPA - UNS.
Maria Uun, Opera girl Lombok.
Subhan, Yuli yang mengikhlaskan aku tuk bolos 4 hari dari kantor.
Dan spesial buat Cherry Dorma Gandi, gadis manis berambut panjang,yang entah kenapa menghantui pikiranku di Rinjani kemarin. Hey girl..i miss U. Maafin gue yang gara gara gue pergi ke Rinjani elunya jadi ngedrop. hiks
Dan semua pihak yang tidak bisa kusebutkan satu persatu. GBU


Monday, November 15, 2010

Ngetes Lensa Seket Bukaan Siji Koma Wolu Canon








Pas JMS 2010 wingi tak sempet ke nonton lan nyoba lensa cilik murah meriah, lensa canon 50 bukaan siji koma wolu gawean Jepang. Lumayan regane. Tapi hasile yo rodo apik, luwih apik meneh nek nganggo sing bukaan siji koma papat, tapi regane yo nggilani keke..
iki contone, elek yo ben uhhhh



Friday, November 5, 2010

BELAJAR MOTRET DI JASH ( JAKARTA STREET HUNTING )





FN pada hari Minggu pertengahan bulan Oktober 2010 lalu, mengadakan hajatan Jakarta Street Hunting 2010 di seputaran Kota tua sampai dengan Pelabuhan Sunda Kelapa hingga balik lagi ke kota tua. Saya yang seorang pehobi foto pemula akhirnya dapat ikut juga menjajal street hunting ini, walau tidak terlalu banyak motret dan lebih suka ke ketemuan ama temen - temen lama. Masih dengan gear lama dan sebuah kamera analog jadul yang belum habis juga film - filmnya hehehe..

Seperti biasa, prinsip saya "Kamera gue, foto gue, suka - suka gue." Walau kuakui ada yang menginspirasi dalam motret kali ini yaitu bro RR dan bro ME. Trims..

Friday, October 29, 2010

I L U S I

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia ILUSI = Ilu.si yang artinya [n] sesuatu yg hanya dl angan-angan; khayalan; (2) n pengamatan yg tidak sesuai dng pengindraan; (3) a tidak dapat dipercaya; palsu.

Koreksilah saya jika saya salah

Wednesday, October 27, 2010

C I N T A

Kenapa ...

TUHAN memberikan kita dua kaki untuk berjalan,

dua tangan untuk memegang,

dua telinga untuk mendengar,

dua mata untuk melihat,

Tetapi ...

mengapa TUHAN menganugerahkan sekeping hati pada kita?

karena ...

TUHAN telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya.

itulah C I N T A

( NN )

Sunday, October 17, 2010

Miss FoCUS





Bukan Mr atau Mrs..tapi Miss..yach namanya Miss Focus atau kurang lebih artinya tidak bisa fokus.

Banyak tidaknya masalah sering membuat kita jadi Miss FOCUS :)

Saturday, September 18, 2010

11 PERKARA YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Yang Singkat itu adalah Waktu.
2. Yang Dekat itu adalah Kematian.
3. Yang Besar itu adalah Nafsu.
4. Yang Berat itu adalah Amanah.
5. Yang Ringan itu adalah Berbohong.
6. Yang Mudah itu adalah Berbuat Dosa.
7. Yang Sulit itu adalah Ikhlas.
8. Yang Abadi itu adalah Amal Sholeh.
9. Yang Akan di investigasi itu adalah Perbuatan dan Perilaku.
10. Yang Dipertanggungjawabkan itu adalah Kekayaan.
11. Yang Paling indah itu adalah Silaturahmi dan Memafkan.

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431H. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.
YA ALLAH, SAMPAIKAN USIAKU KE DALAM BULAN RAMADHAN TAHUN DEPAN.AMIIN

CATATAN PERJALANAN RINJANI ( bagian kelima )






RINJANI SUMMIT ATTACK

Tanggal 17 Juli 2010 hari Sabtu pagi jam 02.00 Suara alarm dari ponsel kami bersahut -sahutan, dan itu tandanya kami harus bangun dan bersiap diri melakukan perjalanan menuju puncak Rinjani. Sekitar jam 02.30 kami berangkat, aku membekali diriku dengan drybag berisi kamera, coklat, air mineral, logistik dan juga tak lupa menenteng tripod. Dengan mengenakan gaiter consina, sepatu lafuma dan jaket serta bandana. Si Iman membawa juga tabung oksigen yang bisa digunakan di puncak kala ketinggian membuat kesulitan dalam bernapas karena kandungan oksigen yang rendah. Yang lain pun juga demikian lengkap dengan peralatannya. Sedangkan kami meninggalkan tenda dalam keadaan tertutup.

Jalanan menuju puncak melewati batas vegetasi terakhir diiringi dengan hembusan angin yang kencang dan dinginnya suhu udara dini hari itu yang mencapai 9 derajat celcius. Sorot lampu senter menerangi jalan dan perlahan tapi pasti kami terus melangkahkan kaki. Angin semakin berhembus kencang dan kabut tebal mulai turun. Sampai di lautan kerikil kami istirahat sejenak, dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi tepatnya di letter L yang kalo liat jelas ke bawah danau segara anakan akan keliatan.

Sebelum memasuki jalur putih yaitu jalur yang sempit memanjang, landai sekaligus curam karena di kanan kirinya jurang serta gundul tidak ada pohonnya angin makin kencang berhembus sementara udara dingin mulai menusuk tulang. Imam carutmarut mulai terhuyung dia tampak kedinginan dan keliatan sekali menggigil , kami putuskan untuk berhenti dulu di samping batu besar yang melindungi kami dari terpaan angin. Di sekitaran sini juga banyak rombongan laen yang di dominasi oleh turis manca dari Eropa dan rombongan kecil dari asia yang juga beristirahat dan memulihkan kondisi karena memang angin yang kencang serta pandangan yang terbatas. Seorang guide dari masyarakat lokal berkata dalam bahasa Inggris kepada para turis ini “ ladies n gentlement, this is bad weather from here to top. And i think No sunrise today, so you should be down to base camp again because it’s to dangerous to continue summit attac but it’s up to you. Go ahead or down to camp.”

Damn..perkataan guide tadi mengendorkan semangatku tuk ke puncak, setelah lama beristirahat cuaca juga tidak berubah, kami masih menunggu. Dan waktupun udah menunjukkan waktu sholat subuh, saya dan iman segera menunaikan sholat subuh. Selesai sholat, terlihat banyak pendaki bule yang turun kebawah dan ada beberapa yang mencoba naik tetapi akhirnya mereka turun juga. Kami berdiskusi disini, Bang Fian yang merupakan anak Sasak asli dan berkali kali mendaki Rinjani menyarankan untuk jangan memaksa naek, Imam udah kepayahan. Akhirnya mereka turun bertiga dengan Iman. Sementara saya, Yudha dan Jamal masih melanjutkan perjalanan. Saat kami mendaki ke atas tampak Iman juga menyusul. Rombongan kami terpecah 2, saya dan Jamal berjalam duluan sementara Yudha tertatih di belakang dan Iman menyusul dibelakangnya. Iman pun bertemu Yudha tetapi akhirnya Iman memutuskan untuk turun ke base camp. Perasaanku mulai goyah antara lanjut atau turun, disaat sedang resah saya bertemu dengan bule Prancis dan saya bertanya ke dia “It’s possible to TOP sir?” Dan si Frenchmen menjawab “ Yes, it’s possible to top but no sunrise today.” Dan saya bertanya lagi “ How long from here to top?” Si Frenchmen menjawab, “ From top to here for about 30 minutes so from this point to top i think about 45 minutes .“ Yeachh.. semangat ku terpompa lagi karena kumerasa bahwa walaupun cuaca buruk ini tapi kami dapat mencapai puncak Rinjani. Dan ini kukatakan kepada Jamal dan Yudha, “Bro, tinggal 45 menit lagi mencapai puncak. Sekarang atau lu akan mendapat PR pendakian Rinjani tahun depan/waktu yang akan datang, Walaupun anginnya kencang, tapi anda berdiri belum goyah terkena terpaan anginnya, jadi tidak masalah dengan angin kencang ini." Akhirnya kami bertiga melanjutkan perjalanan, sementara tiap kali saya melangkah ke depan pasti akan terpeleset beberapa langkah ke bawah, maklum lautan pasir ini membuat licin jalanannya. Waktupun udah menunjukkan pagi hari dan udah lewat pukul 7 pagi. Rombongan yang mendaki ke puncak tinggal 3 orang. Sementara Yudha sudah mulai kepayahan juga, terpaksa saya pun menarik dia. Saat kami berjuang ke puncak, seekor monyet juga ikut mendaki mengikuti kami, beberapa frame saya potoin si monyet.
MENGGAPAI PUNCAK
Akhirnya jam 08.00 pagi saya menginjakkan kaki di puncak Rinjani. Sujud syukurku di atas puncak ini, walaupun cuaca masih berkabut dan angin kencang udah reda, bandana dan jaket saya basah kuyup karena anginnya bersifat basah dan terasa sesak kala kubernapas, mungkin paru paruku juga ikut basah karena air terhirup saat bernapas. Di puncak ini, saya belum bisa melihat panorama Rinjani karena masih tertutup kabut. Selang beberapa menit kemudian Jamal menyusulnya, ucapan selamat dan rangkulan persahabatan keberikan kepadanya dan akhirnya Yudha juga nyampai di puncak. Jadilah kami 3 dari 6 orang mencapai puncak Rinjani di hari Sabtu tanggal 17 Juli 2010 jam 08.00.
Ada satu keunikan juga, monyet yang mengikutiku selama perjalanan dari lautan pasir tadi juga nyampai puncak. Bandel sekali monyet itu, saat kami sedang makan coklat dan minum serta menghisap madu, dia juga akan menyerobotnya, terpaksa mau saya sambit pake batu tetapi Jamal menyarankan jangan dan memberinya beberapa potong kue dan coklat, edan juga tuh monyet karena 1 sachet Kukubima yang belum dibuka pun disambarnya. Setelah mengambil beberapa frame foto akhirnya, sinar matahari datang dan mengusir kabut yang menyelimuti dan akhirnya keindahan alam rinjani dan birunya langit rinjani terlihat dengan jelasnya. Ya ALLAH, ini perjalanan naek gunungku yang paling berkesan. Semoga aku dapat mengulanginya lagi. Setelah puas dengan mengagumi keindahan alamnya dan mengambil beberapa frame foto, jam 08.30 kami putuskan untuk tuurun. Dalam perjalanan turun, cuaca sangat bersahabat matahari bersinar terang, langit yang biru dan awan putih masih kelihatan di atas 7 bukit penyesalan. Dan tak puas puasnya saya memandang dan memotret ke arah danau di mana disana ada gunung Barujari yang terus berasap ditengahnya, terlihat biru sunyi dan tenang suasana danau disana.

Jam11.00 akhirnya kami sampai di tenda, ucapan selamat datang dari kawan kawan kami yang gak sempet mencapai puncak. Saya robohkan badan ini diatas matras dibawah pohon, capek dan puas bisa mencapai puncak Rinjani. Sekarang tinggal makan siang, minum nata de coco dan beristirahat sebelum kembali turun melalui jalur senaru.


Friday, August 27, 2010

CATATAN PERJALANAN : RINJANI ( 4 )

NGOS NGOSAN di 7 BUKIT PENYESALAN


Jum'at, 16 Juli 2010



Matahari pagi ini bersinar dengan cerahnya, satu persatu anggota bangun pagi. Di sini, di pos 3 ini mulai terasa dinginnya. 2 tenda kami tidak sendirian di pos ini, ada 1 tenda lagi disamping shelter pos 3 yaitu tenda yang dihuni rombongan kawan kawan asli Lombok, mereka mendaki Rinjani bukan untuk ke puncak melainkan berniat untuk memancing di Segara Anakan. Kata mereka, ini adalah kebiasaan mereka mendaki Rinjani tuk memancing dan serasa berlibur di Segara Anakan melalui jalur Sembalun ke Senaru. Di pos 3 ini adalah pos favorit untuk buat berkemah semalam sebelum melanjutkan perjalanan esok harinya yaitu melintasi 7 Bukit Penyesalan. Disini juga kami banyak bertemu dengan para pendaki macanegara yang memanfaatkan jasa porter dan juga guide, mereka biasanya menggandeng biro-biro perjalanan wisata atau jasa Rinjani tracking yang mudah dijumpai di bandara atau di Gili Trawangan dan Senggigi serta juga Lombok. Taripnya bervariasi, tapi setau saya untuk guide atau porter bisa mencapai 100ribu untuk pendaki lokal perhari, bisa disewa saat naik saja atau sampai selesai pendakian dari berbagai jalur. Bisa lewat Sembalun-Senaru, Sembalun turun Sembalun dan juga Senaru turun Senaru.

Di pos ini banyak juga ditemukan monyet-monyet gunung yang berkeliaran, mereka biasanya berkeliaran untuk mencari sisa makanan. Kadang badung juga tuh monyet, bisa mencakar tenda atau peralatan pendakian lainnya. Tapi dengan hanya sekali ayunan tangan dan teriakan, monyet akan menjauh walau akhirnya kan balik juga.


Setelah toast dan berdoa bersama, pukul 09.30 perjalanan kami lanjutkan. Perjalanan ini akan melewati bukit yang disebut Tujuh Bukit Penyesalan. Kenapa dinamakan tujuh bukit penyesalan? Karena selama perjalanan akan ditemukan kondisi sabana yang kering, gersang, panas dan berdebu, hanya menyisakan track yang banyak menanjaknya dengan sedkit sekali bonusnya. Tak ada ditemukan pos sebelum pos terakhir menuju puncak, yaitu Pos Plawangan Sembalun dengan ketinggian kurang lebih 2.639 mdpl dan juga tidak ada mata air sepanjang perjalanan ini. Matahari masih bersinar dengan cerahnya dan cenderung panas sehingga menguras stamina serta benar-benar menguji mental kami. Tapi kami sangat menikmati perjalanan ini dikarenakan indahnya pemandangan bukit-bukit yang konon ada sebutan lain yaitu jika kita melalui bukit ini kita akan menyesal dan jika akan kembali kita juga akan menyesal juga heheh itu sangat menawan bak lukisan alam. Semakin ke atas, mulai banyak ditemukan tanaman-tanaman cemara sehingga panas terik matahari agak sedikit terlindungi, walaupun taburan tabir surya udah melndungi kulitku untuk sementara saja.


Disini kami jalan beriringan, walau kadang saya berjalan dengan langkah kaki agak cepat meninggalkan rekan-rekan dibelakang. Jalur yang cukup jelas dan cuaca yang mendukung membuatku berani tuk jalan sendirian di depan walau akhirnya tetep berbarengan juga. Bercengkerama dan bersendau gurau, kadang ngobrol masalah serius serta berbagi minuman, rokok banyak kami lewatkan untuk mengurai rasa jenuh ini dan untuk mempererat pertemanan antara kami, maklumlah kami baru saling kenal saat ketemu pertama di Lombok. Banyak-banyak mengatur nafas, minum dan juga makan snack penambah tenaga, itu yang kami lakukan agar tetap konsentrasi terjaga. Di sini pun saya juga membuka cocktail buah yang aku bawa dari Jakarta, ini pendakian gunung pertama saya membawa minuman buah dalam kaleng. Di perjalanan ini kami juga berpapasan dengan pendaki lain terutama bule karena bulan Juli udah masuk bulan summer holiday. Nampak juga seorang bule kecil lucu dan berambut pirang digendong pemandunya karena kelelahan menuruni tujuh Bukit Penyesalan ini, setelah naik dari pintu Senaru untuk menuruni Sembalun.



Detik demi detik, menit berlalu dan matahari mulai meninggi serta jarum jam pun terus berputar akhirnya kami mendekai Plawangan Sembalun. Sekitar 500 meter dari Plawangan Sembalun, view disini udah mulai terbuka, kita bisa melihat ke sekeliling dengan jelas walaupun kabut tipis maupun kabut tebal kadang turun. Kalo memandang kebawah ke arah naek tadi, bisa melihat betapa panjangnya jalur 7 Bukit Penyesalan ini sedangkan kalo berbalik ke kiri dan memandang ke atas akan terlihat Plawangan Sembalun dan semakin keatas akan terlihat jalur kaldera menuju puncak Rinjani. Sedangkan kalo langsung memandang ke atas jika tidak terhalang kabut akan terlihat danau Segara Anakan yang sangat fenomenal dengan anak gunung Barujari di tengah-tengahnya.



Di Pos ini sangat indah viewnya. Sama seperti saat di seputaran 500meter menjelang puncak disini akan semakin terlihat jelas jalur Kaldera yang gersang dan tandus serta panas yang membawa ke puncak rinjani 3726mdpl. Sedangkan bila melihat ke bawah, tampak danau Segara Anakan dan Gn. Baru Jari 2.376 mdpl jikalau tidak ada kabut tebal yang menyelimutinya. Diujung sana tampak puncak gunung Agung 3.142 mdpl. Serta kilauan sunset kala sang surya mulai terbenam dan menandakan hari mulai malam.

Sekitar Pukul 03.30 kami pun sampai di Plawangan ini, disini udah banyak tenda tenda yang telah dipasang. Baek di salah satu cerukan atau yang dekat dengan pepohonan agak bawah. Kami pun memilih agak atasan dikit tepat di bawah satu pohon cemara dan diatas satu cerukan yang merupakan tempat favorit tuk mendirikan tenda karena terhindar dari terpaan angin. Setelah membersihkan tempatnya, cek ke dahan yang ada diatas kepala dan dipastikan tidak ada dahan yang lapuk, 2 tenda kamipun berdiri membelakangi puncak Rinjani karena angin datang dari atas puncak. Satu flysheet juga terbentang. Angin di Plawangan sangat kencang berhembus, perlu pasak yang kuat tuk menanam tenda ini dan flysheet claw putihku pun sempat terlepas untungnya tidak ikut terbang. Suasana mirip pasar kaget di pos ini karena inilah tempat untuk beristirahat dan persiapan mendaki puncak Rinjani di malam nanti. Para pendaki lokal, pendaki mancanegara lengkap dengan pemandu dan juru masak merangkap portet tumplek blek disini. Dan bisa saling tegur sapa. Saya sempet menyapa pandaki asal Prancis yang bernama Mr. Raphael dan dia mengatakan bahwa “This is first time to Rinjani and very amazing, and it’s very nice at Segara Anakan lake.” Owh, rupanya dia mendaki dari jalur berbeda dengan kami, mereka melewati Senaru dan turun ke Sembalun. Saya sangat senang mendengarnya karena memang negeri ini konon indah dimata para pendatang/turis walau kurasa terlalu mahal tuk menjelajahinya. Dia juga mengatakan akan ke Gili Trawangan setelah pendakian ini. Biasanya memang tuk tracking Rinjani digabung dengan snorkeling/menyelam di Gili Trawangan.


Menjelang sore semakin ramai aktivitas di Plawangan ini, akan tetapi kabut tebal masih menyelimuti. Di ufuk barat matahari mulai terbenam, tanpa rasa diperintah banyak pendaki yang mengeluarkan kameranya dari berbagai macam model dan merk tuk membidik ke arah barat tuk mengabadikan sunsetnya. Dua filter pun kukekeluarkan tuk jadi pasangan kamera canon 400d lengkap dengan lensa 17 – 70 tuk mengabadaikan ini. Sayang kabut tebal masih menyelimutinya, sehingga saya yang tukang poto pemula ini kurang maksimal pengambilan potonya. Ada waktu sedikit ketika kabut mulai tersibak dan danau Segara Anakan mulai terlihat walaupun lagi-lagi kabut datang pergi dan berlalu cepat.

Akhirnya malam pun tiba, kami kembali ke tenda tuk makan dan beristirahat karena jam 2 pagi, akan mendaki untuk Rinjani summit attack. Sebelum istirahat kupersiapkan kameraku dan drybag serta tripod dan sedikit logistik, saya mencari satu baterai cadangan dan satu memori cadanganku, seluruh tasku ku geledah dan akhirnya kutakmenemukannya. DAMN...ternyata saya juga kehilangan satu memori dan satu batrai cadangan (malah yang original canon), ingatanku melayang, mungkin 2 barang ituh hilang saat pindah taksi di Jakarta kemarin. Dengan mengambil napas panjang kuberharap tidak kehabisan space frame di memoriku dan sisa tenaga batere yang tinggal 2 strip.

Tuesday, August 17, 2010

CATATAN PERJALANAN : RINJANI ( 3 )

Lombok, saya datang

Rabu 14 Juli 2010, sekitar pukul 10.00 malam WITA, pesawat mendarat mulus di bandara selaparang. Satu persatu penumpang turun dan mengambil bagasinya. Rasa lapar dan ngantuk serta rasa kesal akibat kejadian kemarin bercampur aduk, saya coba tuk duduk sambil ngobrol dengan pemuda sasak yang sedang menjemput keluarganya. Satu sms datang dari bro yudha tuk memberitahukan bahwa basecampnya ada di selong lombok timur, tepat di belakang gedung BRI deket taman selong. Saya coba liat liat peta, ternyata saya di lombok barat dan harus meluncur ke selong malam itu juga. Kembali sms masuk dari bro yudha, tuk nyaranin naik taksi aja karena di lombok tidak ada angkutan yang beroperasi malam sedangkan kalo ojeg terlalu riskan, hah Taksi,..gila, berapa duitku jebol lagi? Cuma itu yang ada di pikiranku setelah agak trauma dengan taksi kemarin di jakarta. Akhirnya esia gogoku aku coba di lombok tuk menghubungi yudha, “ udah mas, naksi aja mas 150ribu, nyampe sini makan, ngeteh manis, istirahat, besok pagi langsung berangkat.” What.150 ribu..edan,tapi tawaran istirahat, makan, ngeteh manis sangat sayang tuk ditolak, setelah saya mengambil 5 lembar uang di Atm, akhirnya saya mencari taksi. Dan sopir taksi berkata ”220ribu mas, kalo ke selong.” Jawabku “ yang bener lu, 140 berangkat, malas amat bayar segitu,” langsung ngeloyor pergi saya, “ ya udah mas,150K.berangkat” teriak sopir taksi. Akhirnya gue lempar karier ini ke bagasi dan duduk di belakang. Suasana malam yang sepi di lombok dan iringan lagu ST12 mengantarku terlelap di taksi ini.


Setelah hampir 60 menit taksi membelah sepi sunyinya malam kota lombok akhirnya nyampai di selong, deket taman. Kliatanya taman ini tempat anak muda selong tuk kongkow kongkow ataupun memadu kasih. Rasa lapar membelokkan saya dari taksi ke sebuah warung nasi, “ nasi ayam berapa bang?” tanyaku, “20ribu mas.” Jawab abang tukang nasi. ”what!mahal amat lu, ya udah, lele aja.,berapa?” tanyaku dengan nada meninggi. “10ribu” sahut dia “oke, satu bang”. Selesai makan saya pinjem 1 sms ke abang jualan nasi tuk mengabarkan bahwa saya sudah nyampe. Taklama berselang seorang anak muda lombok menjemputku. Dan membawaku ke basecamp. Suasana hangat terasa di basecamp saat sambutan kawan kawan para pendaki rinjani, bro yuda dan anggota LSM GEMA tempat basecamp dimana saya menginap. Segelas teh manis dihidangkan, menambah suasana akrab malam itu, dan setelah itu kamipun terbuai mimpi, malam pertama di lombok gue habiskan dengan tidur lelap setelah penat banget rasanya sesiang tadi di jakarta dengan berbagai cobaan yang ada

Kamis, 15 Juli 2010

Langsung bangun di pagi hari, menunaikan sholat subuh, ngerapiin barang/packing, ngecas batre kamera, nyuci dan minum teh bareng dengan para penghuni dan pendatang basecamp disertai baca koran lokal lombok pagi itu “Radar Mataram”. Makan besar dan akhirnya kami team rinjani pun berangkat dengan iringan doa dan ucapan selamat jalan dari kawan kawan Gema Alam.


Mari sejenak kita kenalan dulu dengan team team pendaki ini :


1. Alfian, yang akrab disapa bang fian, kalo di facebook namanya adalah Fian Pribumi Sasak, dia adalah anggota LSM GEMA, anggota Oasistala, seorang pemuda asli sasak lombok, track record pendakinnya sangat bagus, kerinci, dempo, agung, semua gunung jawa udah pernah di dakinya. Palagi gunung rinjani, udah puluhan kali dia mendakinya, kebanyakan pendatang dari jawa selalu mengajak dia jika akan mendaki rinjani.
2. Imam charut marut, alumnus pecinta alam smu24, serta alumnus STBA LIA yang jago bahasa inggris, hoby mendaki, sepintas saya liat egonya agak tinggi dan dia branded mania alias barang barangnya branded semua.:)
3. Iman, alumnus smu 24 juga berteman dengan imam, masih kuliah di BSI dan juga kerja di hypermart pejaten village, sering mendaki dan dia paling alim diantara rombongan, badan kecil, lebih kecilan dari saya yang udah kerempeng ini.
4. Jamal charut marut, seorang ngapala dan juga pendaki pemula. Konon ini adalah gunung pertema yang dia daki, gile, pertama langsung ke rinjani.
5. Yudha, seorang anak muda mahasiswa mercu buana, dari mereka anak ini yang udah paling aku kenal, dia pernah mendaki bersamaku di semeru, slamet, gedhe, dia juga yang menginspirasiku tuk nekad ke rinjani, anak seorang pegawai kehutanan, berduit dan rencananya akan langsung ke tembora juga dia.
6. Erry (penulis ) karyawan sekolah international, pendaki pemula, dan nekat bolos tuk pendakian ini.
Dan jadilah kami team laki laki berenam yang tidak ada wanita tuk dicumbui dan lebih senang mengauli alam rinjani dan akan menjalani nasib bersama sehidup semati mendaki rinjani.




Usai berfoto keluarga, kami berangkat dengan menaiki angkot bak terbuka berterpal menuju aikmel. Dengan membayar 5 ribu perorang, melajulah angkot ini membelah mataram timur yang panas. Sesampai di Aikmel, kami pindah ke angkot terbuka tanpa terpal, panas cing..membelah lombok timur tuk menuju sembalun lawang, start poin pendakian rinjani. Tepat saat matahari diatas ubun ubun, kami nyampe ke sembalun lawang. Hawa panas dibayar lunas dengan indahnya pemandangan di kanan kiri setelah angkot ini memasuki wilayah sembalun. Ciri khas alam indonesia timur sangat terasa yaitu gersang dan panas karena angin yang datang dari australia bersifat kering dan tidak membawa hujan sehingga hanya sabana/savana yang ada.



Sesampainya di sembalun lawang lanjut tuk Sholat dhuhur, akhirnya team berangkat pukul 01.00. dari sembalun lawang menuju pos 1 hamparan sabana terhampar luas setelah melewati perkampungan dan beberapa perkebunan strawberry. Sekitar pukul 02.30 sampailah tim di Pos 1, satu satunya pos yang tak bernama tepat di tengah tengah sabana. Setelah istirahat sebentar, tim melanjutkan perjalanan menuju pos ke2 Pos Trangengean, 60menit perjalanan akhirnya membawa kita ke pos 2. Tepat dibawah jembatan ada mataair yang bisa diminum langsung sedangkan shelter berada di samping jembatan.

Menuju pos 3, hari mulai gelap, banyak pemandangan yang asyik tuk diabadikan. Apalagi siluet senja diujung sana serta hamparan savana yang luas diselingi satu dua pohon menambah keindahan alam rinjani. Tim kembali meyibak jalan menuju pos 3, pos dimana kita akan mengambangkan tenda untuk bermalam. Sekitar pukul 07.00 sampailah kita di pos 3 atau Pos Padabalong, jadi selama kurang lebih dua setangah jam perjalanan dari pos dua ke pos tiga diselingi ambil nafas, poto poto, merokok dan tentunya banyak minum. 2 tenda digelar langsung di pos ini, masak memasak dan makan, trus terlelap tidur sambil menyumbui sleeping bag adalah kegiatan yang mengisi malam di pos ini. Dan esok pagi perjalanan akan semakin berat karena akan melewati 7 bukit penyesalan. Sebuah bukit yang penuh tanjakan minim bonus apalagi turunan dan merupakan ciri khas dari gunung rinjani.