Saturday, September 18, 2010

CATATAN PERJALANAN RINJANI ( bagian kelima )






RINJANI SUMMIT ATTACK

Tanggal 17 Juli 2010 hari Sabtu pagi jam 02.00 Suara alarm dari ponsel kami bersahut -sahutan, dan itu tandanya kami harus bangun dan bersiap diri melakukan perjalanan menuju puncak Rinjani. Sekitar jam 02.30 kami berangkat, aku membekali diriku dengan drybag berisi kamera, coklat, air mineral, logistik dan juga tak lupa menenteng tripod. Dengan mengenakan gaiter consina, sepatu lafuma dan jaket serta bandana. Si Iman membawa juga tabung oksigen yang bisa digunakan di puncak kala ketinggian membuat kesulitan dalam bernapas karena kandungan oksigen yang rendah. Yang lain pun juga demikian lengkap dengan peralatannya. Sedangkan kami meninggalkan tenda dalam keadaan tertutup.

Jalanan menuju puncak melewati batas vegetasi terakhir diiringi dengan hembusan angin yang kencang dan dinginnya suhu udara dini hari itu yang mencapai 9 derajat celcius. Sorot lampu senter menerangi jalan dan perlahan tapi pasti kami terus melangkahkan kaki. Angin semakin berhembus kencang dan kabut tebal mulai turun. Sampai di lautan kerikil kami istirahat sejenak, dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi tepatnya di letter L yang kalo liat jelas ke bawah danau segara anakan akan keliatan.

Sebelum memasuki jalur putih yaitu jalur yang sempit memanjang, landai sekaligus curam karena di kanan kirinya jurang serta gundul tidak ada pohonnya angin makin kencang berhembus sementara udara dingin mulai menusuk tulang. Imam carutmarut mulai terhuyung dia tampak kedinginan dan keliatan sekali menggigil , kami putuskan untuk berhenti dulu di samping batu besar yang melindungi kami dari terpaan angin. Di sekitaran sini juga banyak rombongan laen yang di dominasi oleh turis manca dari Eropa dan rombongan kecil dari asia yang juga beristirahat dan memulihkan kondisi karena memang angin yang kencang serta pandangan yang terbatas. Seorang guide dari masyarakat lokal berkata dalam bahasa Inggris kepada para turis ini “ ladies n gentlement, this is bad weather from here to top. And i think No sunrise today, so you should be down to base camp again because it’s to dangerous to continue summit attac but it’s up to you. Go ahead or down to camp.”

Damn..perkataan guide tadi mengendorkan semangatku tuk ke puncak, setelah lama beristirahat cuaca juga tidak berubah, kami masih menunggu. Dan waktupun udah menunjukkan waktu sholat subuh, saya dan iman segera menunaikan sholat subuh. Selesai sholat, terlihat banyak pendaki bule yang turun kebawah dan ada beberapa yang mencoba naik tetapi akhirnya mereka turun juga. Kami berdiskusi disini, Bang Fian yang merupakan anak Sasak asli dan berkali kali mendaki Rinjani menyarankan untuk jangan memaksa naek, Imam udah kepayahan. Akhirnya mereka turun bertiga dengan Iman. Sementara saya, Yudha dan Jamal masih melanjutkan perjalanan. Saat kami mendaki ke atas tampak Iman juga menyusul. Rombongan kami terpecah 2, saya dan Jamal berjalam duluan sementara Yudha tertatih di belakang dan Iman menyusul dibelakangnya. Iman pun bertemu Yudha tetapi akhirnya Iman memutuskan untuk turun ke base camp. Perasaanku mulai goyah antara lanjut atau turun, disaat sedang resah saya bertemu dengan bule Prancis dan saya bertanya ke dia “It’s possible to TOP sir?” Dan si Frenchmen menjawab “ Yes, it’s possible to top but no sunrise today.” Dan saya bertanya lagi “ How long from here to top?” Si Frenchmen menjawab, “ From top to here for about 30 minutes so from this point to top i think about 45 minutes .“ Yeachh.. semangat ku terpompa lagi karena kumerasa bahwa walaupun cuaca buruk ini tapi kami dapat mencapai puncak Rinjani. Dan ini kukatakan kepada Jamal dan Yudha, “Bro, tinggal 45 menit lagi mencapai puncak. Sekarang atau lu akan mendapat PR pendakian Rinjani tahun depan/waktu yang akan datang, Walaupun anginnya kencang, tapi anda berdiri belum goyah terkena terpaan anginnya, jadi tidak masalah dengan angin kencang ini." Akhirnya kami bertiga melanjutkan perjalanan, sementara tiap kali saya melangkah ke depan pasti akan terpeleset beberapa langkah ke bawah, maklum lautan pasir ini membuat licin jalanannya. Waktupun udah menunjukkan pagi hari dan udah lewat pukul 7 pagi. Rombongan yang mendaki ke puncak tinggal 3 orang. Sementara Yudha sudah mulai kepayahan juga, terpaksa saya pun menarik dia. Saat kami berjuang ke puncak, seekor monyet juga ikut mendaki mengikuti kami, beberapa frame saya potoin si monyet.
MENGGAPAI PUNCAK
Akhirnya jam 08.00 pagi saya menginjakkan kaki di puncak Rinjani. Sujud syukurku di atas puncak ini, walaupun cuaca masih berkabut dan angin kencang udah reda, bandana dan jaket saya basah kuyup karena anginnya bersifat basah dan terasa sesak kala kubernapas, mungkin paru paruku juga ikut basah karena air terhirup saat bernapas. Di puncak ini, saya belum bisa melihat panorama Rinjani karena masih tertutup kabut. Selang beberapa menit kemudian Jamal menyusulnya, ucapan selamat dan rangkulan persahabatan keberikan kepadanya dan akhirnya Yudha juga nyampai di puncak. Jadilah kami 3 dari 6 orang mencapai puncak Rinjani di hari Sabtu tanggal 17 Juli 2010 jam 08.00.
Ada satu keunikan juga, monyet yang mengikutiku selama perjalanan dari lautan pasir tadi juga nyampai puncak. Bandel sekali monyet itu, saat kami sedang makan coklat dan minum serta menghisap madu, dia juga akan menyerobotnya, terpaksa mau saya sambit pake batu tetapi Jamal menyarankan jangan dan memberinya beberapa potong kue dan coklat, edan juga tuh monyet karena 1 sachet Kukubima yang belum dibuka pun disambarnya. Setelah mengambil beberapa frame foto akhirnya, sinar matahari datang dan mengusir kabut yang menyelimuti dan akhirnya keindahan alam rinjani dan birunya langit rinjani terlihat dengan jelasnya. Ya ALLAH, ini perjalanan naek gunungku yang paling berkesan. Semoga aku dapat mengulanginya lagi. Setelah puas dengan mengagumi keindahan alamnya dan mengambil beberapa frame foto, jam 08.30 kami putuskan untuk tuurun. Dalam perjalanan turun, cuaca sangat bersahabat matahari bersinar terang, langit yang biru dan awan putih masih kelihatan di atas 7 bukit penyesalan. Dan tak puas puasnya saya memandang dan memotret ke arah danau di mana disana ada gunung Barujari yang terus berasap ditengahnya, terlihat biru sunyi dan tenang suasana danau disana.

Jam11.00 akhirnya kami sampai di tenda, ucapan selamat datang dari kawan kawan kami yang gak sempet mencapai puncak. Saya robohkan badan ini diatas matras dibawah pohon, capek dan puas bisa mencapai puncak Rinjani. Sekarang tinggal makan siang, minum nata de coco dan beristirahat sebelum kembali turun melalui jalur senaru.


1 comment:

  1. halo gan,
    bisa ngk minta ijin gambarnya aku pake di web aku?
    www.lombokrental.web.id

    ReplyDelete