Pasir Mahameru Sabtu, 14 Juli 2012 06.30 WIB
Panas matahari mulai
menghangatkan bumi ini, dimulai dari sunrise
yang begitu indah dengan permadani awan di langit, segera kumatikan lampu
senter yang setia melingkar di kepalaku. Air mentah dari sumbermani tinggal
setengah botol lagi. Kondisi fisikku mulai kedodoran dan nafas terengah engah, ini perjalanan ke puncak
semeru untuk ketigakalinya, tapi entah kenapa berat kaki ini untuk melangkah.
Aku gaktahu berada di ketinggian
berapa sekarang, yang kuingat sudah lebih dari enam jam tiga puluh menit aku
berjalan, mempimpin rombongan berangkat dari kalimati. Kulihat bayangan puncak
udah kelihatan, dengan melipir sedikit, puncakpun akan kugapai. Kuhempaskan
pantat ini di atas batu pasir mahameru, kulihat kebawah, puluhan pendaki masih
merangkak berjalan keatas. Sementara 2 sahabat baruku , dua mahasiswi Universitas
Andalas sedang beristirahat disampingku. Sedangkan si ade, mahasiswa Unpad,
cukup jauh tertinggal di belakang.
07.00
Satu dua orang melintasiku
berjalan menggapai mahameru, dengan senyum yang berat dan kata kata penebar
semangat terlontar dari bibir bibirnya. Setiap lima langkah, aku merosot dua
langkah, lautan pasir ini sungguh menghajar mentalku ditambah serombongan arek
arek malang yang turun kembali dan tidak melanjutkan summit attack, “ngeri mas,
udahsiang, kawatir asap beracunnya” ucap dia kepadaku saat kucoba kutanya.
Nyaliku makin ciut mendengarnya,
kukumpulkan segenap mental di diriku. Aku berdiri, aku tinggalkan rieke dan
janu dibelakang, kutaruh botol airmineral itu di atas batu, sembari teriak “aku
tunggu dipuncak”. Pelan tapi pasti, kulangkahkan kaki ini, tak peduli
kerongkongan kering dan selalu merosot saat pasir itu kuinjak, satu
tujuanku..Puncak mahameru
**********
Kalimati Jumat 13 juli 2012 sehari sebelumnya
Kerir hitam berkover bag kuning
yang sempat kudekap erat di pelukanku antara perjalanan cemoro kandang ke jambangan,
segera kukasihkan kepada yang empunya. Satu bangunan semi permanen telah
terlihat didepan, jalanan landai dan datar dengan ilalang di kanan kirinya. Nun
jauh dibelakang, gunung semeru menjulang tinggi kelangit dan sekali kali asap
putih membubung tinggi ke udara.
Ya, tempat ini adalah kalimati.
Shelter yang akan kami tuju dan kami cumbui malam ini sebelum dini hari nanti
menuju ke puncak mahameru. Lega rasanya badan ini, karena
bayangan istirahat di tenda udah didepan mata. Hari masih siang sekitar pukul 3
sorean. Satu persatu dari pendaki datang, kalimatipun berubah ramai saat itu.
Enam jam sebelumnya ( ranu kumbolo – oro oro ombo – cemoro kandang –
jambangan )
Danau yang tenang itu mulai
menampakkan kebiruannya, sinar matahari mengusir kabut tebal ranu kumbolo dan
mengusir hawa dingin yang semalam sukses membuat gigiku bergidik. Panaspun
menyengat. Satu persatu rombongan kami bergerak, terengah engah di tanjakan cinta,
meninggalkan ranu kumbolo, sesekali pandangan kutolehkan ke belakang sambil
mengagumi indahnya ranukumbolo. Sekian menit berlalu, oro oro ombo pun sudah
menanti. Hamparan sabana gersang dan panas membentang dihadapan kami, oro oro
ombo yang sudah tidak hijau lagi, berganti warna kering kecoklatan dan gersang,
debu debu beterbangan ketika langkah langkah tegap sepatu menghantam tanah.
Dalam hatiku bergumam “kapankah oro oro ombo ini akan hijau segar dan tidak
gersang lagi?”
Barisan pohon cemara tertata rapi
di depanku, ratusan bahkan mungkin ratusan ribu tertancam dibumi. Meneduhi
jalur cemoro kandang, dan memayungi kami dari sinar panas matahari. Setapak
semi setapak kami langkahkan kaki, sesekali terhenti dan terhempas di rimbunnya
pohon cemara untuk sekedar melepas lelah dan dahaga. Hari semakin panas, kuseka
bibirku yang mulai mengering dan terkelupas, hingga akhirnya sampai ke
jambangan.
**************
Mahameru; 07.30
Peluh di dahiku mulai mengucur, gerah
mulai terasa tapi aku tetap memakai jaket hyvent ini. Kukumpulkan sisa sisa
tenaga, aku tahu, setelah kumelipir jalur diatas, puncak mahameru akan kugapai.
Dan benar, akhirnya aku mencapai puncak mahameru menyusul ketiga rekannu yang
sudah dipuncak duluan. Aku cari satu tugu triangulasi, kucoba berdiri sebentar
lalu kuhampiri kawan kawanku untuk bergabung dengan mereka. Disisi laen, banyak
pendaki berdatangan dan mengambil gambar tuk mengabadikan kenangan mereka di
mahameru.
Sekian menit kemudian 3 kawanku
menyusul dan mencapai puncak. Dan hari semakin panas, kawatir akan racun yang
keluar dari kawah jonggring saloka, kami dan semua rombongan yang mencapai
puncak bergerak turun meninggalkan mahameru.
Ini puncak semeru yang ketiga
buatku. Akankah kugapai puncak ini di masa yang akan datang?
No comments:
Post a Comment